Jelajah Tempat Pelacuran
Sambungan dari Bagian ke 2
Angin malam kian menujuk sumsum tulangku, ruas jalan Pasar Inpres Gorontalo-PLN nampak sepi, hanya beberapa pedagang di sekitar pasar sedang duduk duduk main kartu sembari menunggu air PDAM yang sudah seminggu tidak mengalir di wilayah itu. Hanya satu dua kendaraan bermotor melintas. Ditepi jalan dua ekor anjing mengais ngais sampah yang sudah 3 hari bertumpuk tak diangkut petugas sampah. Hampir pukul 00.00, gongganan anjing serta segerobolan Kambing yang dibiarkan berkeliaran bebas menyaksikan petualanganku menyusuri kawasan gorontalo.
Tepat didepan Dragon Pub and Karoke kawasan Pede, sangat ramai, di halaman depan nampak beberapa sepeda motor saja. “Parkir di belakang saja om” pinta security. Halaman belakang tempat hiburan ini penuh kendaraan. Ku parkirkan motorku persis di bawah sebuah pohon kecil. Kupikir akan sedikit lebih aman dari tetesan embun.
Dari halaman belakang terlihat kamar berjejeran, yang ukurannya hampir sama dengan kamar kost kossan. Beberapa saat ku memilih duduk duduk diatas sadel motorku, mencari inspirasi untuk mengali banyak informasi terkait tempat hiburan itu. Ku bakar sebatang rokok dan ku hisap dalam dalam, seorang laki laki hidung belang melintas di depanku, untung saja posisiku tak dapat dilihat, pohon tadi menghalau pandangan lelaki bertubuh kekar itu. Ia berdiri didepan sebuah pintu kamar paling pojok, ku coba perhatikan mungkin saja ku mengenalinya, namun perhatianku berpaling pada sosok pelacur berpakaian super ketat, muncul menghampiri sang lelaki tadi. Keduanya sempat berciuman lantas pelacur yang berambut pendek itu membukakan pintu dan keduanya masuk. “Hemmm..rupanya kamar kamar ini digunakan untuk kencan short time” Pikirku
Kraakkk....pintu kamar tengah terbuka, seorang laki laki keluar dari kamar. Pelacur bertubuh pendek badannya kurus rambutnya nampak kusut dan tubuhnya dibalut dengan kain kemudian menutup pintu kembali. Laki laki yang baru melakukan transaksi sex ini memperhatikan aku. Cepat cepat aku mematikan rokokku dan membuangnya, ku ambil satu batang rokok lagi, ku dekati dia dan berpura pura meminjam korek gas.
“kaka ada korek ko?”
“Hae...Mache, kau dengan sapa?.
Aku tersentak rupanya laki laki yang baru berkencan itu seorang kotraktor berinisial MT yang sangat ku kenal. Beberapa waktu sebelumnya dia mendapat sebuah proyek jembatan di kecamatan Komodo.
“Mari kita duduk di dalam”
“Iya kaka. Silakan kaka duluan”
“ole..kraeng e. Tenang sa, saya traktir” . ajaknya sambil menarik tanganku.
Ruangan karaoke dragon malam itu sangat penuh pengunjung, ada tujuh buah meja dan semuanya ditempati pengunjung. Aku duduk bersebelahan dengan seorang pelacur, wajahnya akrab denganku.
“ Hai..Abang ketemu lagi” sapanya
“ Ternyata Pa wartawan ini sering kesini juga ee” cetus MT
“Ketemu minggu lalu papi, di polres sewaktu kami ke sana ikut penyuluhan”
Aku memberikan senyuman kecil pada MT setelah pelacur tadi menyapanya dengan kata Papi, MT pun tersipu malu.
“Ayo minum, Nur tolong ambilkan satu gelas lagi”
“Kraeng..hidup ini jangan terlalu serius. Sante saja” cetus MT
Satu meja bersama MT juga ada seorang rekan kontraktornya, satu konsultan dan satu lagi seorang PNS di dinas PU. Aku merasakan ada perubahan pada prilaku pada ketiganya. Dua orang pelacur yang mengapiti ketiganya seolah tak dihiraukan. Pandanganku ku alihkan ke layar yang berada di bagian tengah ruangan itu.
Kunikmati Lagu How Can I tell her dari Lobo yang di nyanyikan meja nomor 2, di bagian depan layar karoke nampak 4 pasangan berdangsa tidak seperti cara berdangsa pesta orang manggarai yang perna kuikuti. Tangan pelacur melingkar di leher laki laki, sementara tangan laki laki melingkar dipingan pelacur, kedua tubuh mereka mendekap erat seperti lem buah mamis. Sangat erat melekat. Aksi ciumanpun sesekali dipertontonkan. Serasa sedang berada di Hollywood.
Pelacur bertubuh mungil dan nampak kusut yang kulihat di belakang tadi kini berubah tampilan, rambutnya rapi, pakaiannyapun berganti, aroma parfumnya menyengat di hidungku, MT menyambutnya dan Pelacur itupun menjadikan pahan MT sebagai tempatnya. MT tak mau kalah tanganya melingkar di pingang pelacur itu hingga ke bagian perut.
“Pi..mau lagi” Manjanya pada MT
“Yang tadi belum puas” jawab MT tak mau kalah
Jam di Hp ku menujukkan pukul 01.25 musik diputar mendayu, tak ada lagi karoke, hanya tersisa empat meja, canda tawa dan suara manja para pelacur terdengar mengalahkan suara musik. “hampir tutup mas, tapi tidak apa apa yang penting jangan karoke saja” jelas seorang pelacur ketika kutanya soal perubahan itu.
Dari jarak dekat, seorang laki laki berciuman mesrah dengan seorang pelacur, tangan laki laki itu picnik diseluruh tubuh pelacur, sementara sang pelacur memegang erat pingang sang hidung belang. Asik layak bintang Hollywood ini berlangsung lama menjadi totonanan menarik buat rekan pelacurnya juga aku. Hampir tak ada perasaan malu, silaturahmi bibir dan jari jemari itu mendapatkan teriakan histeris dan tepukkan tangan persis suasana penonton pertandingan piala dunia di afrika lalu. Ku terus perhatikan “pertandingan” dua bibir itu, namun ketika sang pelacur liar memainkan kemampuanya sang hidung belang malah menarik bibirnya, kemudian berbisik ke telinga kiri pelacur, nampak sang pelacur mengagukan kepala lantas keduanya menghilang dari ruangan karoke. “ ah paling mereka “masuk”. Begitulah kalo dah mabuk” kata Nur yang sejak tadi setia bersama sang kontraktor.
Bersambung..
Brooo sekarang dimana tempat wisata malanya labuan bajo bro Ne mau cari ane masih liburan disini
BalasHapus