Headline

1.341 Pejabat Publik Daerah Terlibat Korupsi * Bruder "Preman" Pontianak * Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal * Coffee Manggarai: Black Gold * Tradisi “Suap” dan "memburu" proyek * Kota Labuan Bajo Terus Berkembang *

Minggu, 06 November 2011

Cinta Yang Berakar Dalam Kata dan Berbuah Dalam Prilaku

Pada pukul 23.42 wib, (22/7) lalu saya bersama seorang sahabat dijejaring sosial (Facebook) saling menyapa, saling menanyakan kabar dan beberapa curhat kecil yang membawa kami pada perbincangan soal Cinta, Sayang dan kasih. Saya merasakan sahabat yang berada di kota lain di pulau jawa ini berbicara dengan melibatkan hatinya, jujur, rendah hati serta taat pada norma norma agamanya.

Setelah sahabat ini pamitan untuk beristrahat malam, saya kemudian sadar ternyata curhat singkat kami penuh makna. Ini soal “Cinta; Rasional dan melibatkan Hati”. Perbincangan kami seola membantah ungkapan bahwa CINTA ITU BUTA. Sesunguhnyai Cinta Itu tidak buta tapi sangat Rasional yang seutuhnya melibatkan hati.  Cinta adalah sesuatu yang mulia, luhur dan wajar. Yang buta adalah jika cinta itu menguasai diri kita tanpa mempertimbangkan secara rasional. Cinta Menarik manusia dari mementingkan diri  sendiri (Egois) menuju tindakan mencintai demi pribadi yang dicintai

Saya menemukan dua hal penting dari curhat sabahat saya itu. Pertama, “Cinta keinginan”.  Perasaan cinta berangkat dari obyek tertentu bagi orang yang dicintai. “Cinta keinginan” kebaikan selalu digerakan oleh kebaikan. Dalam konteks ini, saya mencintai orang lain karena ia adalah ia. Dengan kata lain saya mencintai seorng bukan karena “ada apanya” tapi “apa adanya”

Kedua adalah “cinta kebaikan Hati” .Mencintai demi pribadi yang dicintai. Misalnya mencintai org miskin atau yang berkekurangan maka perlu mewujudkannya dengan memberi berupa barang ataupun uang. Pemberian itu mesti dilakukan dengan tulus, Tanpa pamrih, tanpa ingin dikenal sebagai dermawan atau karena motif politik. Dalam Konteks ini Cinta yang tumbuh itu benar benar untuk pribadi yang dicintai.


Dalam perbincangan singkat kami itu, ternyata tanpa disadari kami telah menemukan bahwa cinta yang rasional  selalu bermuara pada kebaikan untuk orang yang dicintai. Ia tidak menutup diri. Ia juga tidak menghitung untung rugi, tapi ia membawa pada suatu kemurahan hati dan pengorbanan. Jalinan cinta antarsahabat, antarkeluarga, dan antarwarga masyarakat akan mempesona kalau dilandasi oleh “cinta kebaikan hati”. Itulah Cinta yang berakar dalam kata dan berbuah dalam prilaku. Ini tangung jawab moral kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar