Headline

1.341 Pejabat Publik Daerah Terlibat Korupsi * Bruder "Preman" Pontianak * Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal * Coffee Manggarai: Black Gold * Tradisi “Suap” dan "memburu" proyek * Kota Labuan Bajo Terus Berkembang *

Minggu, 06 November 2011

Di TNK : Pri-kebinatangan Lebih Tinggi Dari Pri-kemanusiaan (2-Habis)


Wajah warga Komodo
Peraturan TNC

Kebudayaan orang kampung Komodo dihambat oleh peraturan UNESCO dan The Nature Conservancy (TNC). Sejak Pulau Komodo menjadi bagian Warisan Alam Dunia, pohon tidak bisa dipotong. Semula, orang kampung Komodo makan bubur dari pohon sagu dan membangun rumahnya dari pohon. Tetapi sekarang, mereka hanya bisa memakai kayu apung dan akibatnya, keadaan rumahnya sudah buruk sekali. Angka ini menjelaskan mengapa orang kampung Komodo memerlukan lebih banyak kayu untuk rumahnya:

‘Pada tahun 1928 ada hanya 30 orang di kampung Komodo dan pada tahun 1999, ada 281 keluarga dan 1,169 orang. Jumlah gedung-gedung juga ditambah dengan cepat dari 30 rumah pada tahun 1958, sampai 194 rumah pada tahun 1994, dan 270 rumah pada tahun 2000.

Ada peraturan yang dilaksanakan oleh TNC yang melarang pembangunan perlindungan pada siang hari. Perlindungan hanya bisa dibangun pada malam dan harus dirusak pada pagi. Ada orang kampung yang membandingkan situasi sekarang dengan pendudukan Jepang. Pada jaman itu, ketika pesawat terbang melintas diatas kepalanya, mereka harus memadamkan apinya agar tidak terlihat. Sekarang, kalau perahu motor cepat TNC mendekat, mereka harus merusak perlindungannya.
Orang setempat bingung tentang rencana TNC. Walaupun LSM seharusnya bekerja untuk masyarakat, rupanya, mereka tidak mau membantu masyarakat Komodo, hanya pengusahanya dan pegawai negeri di Jakarta.

Aktivitas tradisionil seperti pemburuan sudah dilarang dan pohon tidak bisa dipotong. Selain itu, TNC mengawasi keras metode pemancingan tradisionil orang kampung Komodo. Seorang kampung bilang ‘Kami terpaksa pindah dari hutan, sekarang kami tidak bisa tinggal di laut. Kami bukan keluang, kami tidak bisa tinggal di langit.’
Walaupun ada restriksi ini, metode alternatip atau perlengkapan baru sulit untuk ditemukan. Karena TNC, lingkungan di Taman Nasional Komodo diperbaiki tetapi kebudayaan orang kampung Komodo terancam lagi.

Ancaman utama pada lingkungan berasal dari kampung keluar di Sape, Flores Selatan dan Sulawesi. Komunitas setempat kurang berbahaya karena mereka biasanya memakai jala bagan yang lebih baik untuk ekosistim, tetapi masih ada orang setempat yang memakai metode berbahaya.

Metode pemancingan berbahaya yang diawasi keras termasuk pemancingan bom.
Kebanyakan bom ikan terbuat dari pupuk buatan seperti nitrat amonia dan kalium yang dicampur dengan minyak tanah di botol. Nelayan bom biasanya memburu ikan batu karang jadi mereka hanya perlu beberapa bom untuk mengambil banyak ikan. Sesudah bom diledakkan, nelayan itu menyelam kedalam laut untuk mengambil ikan yang dibunuh atau dipingsan oleh ledakan itu. Batu karang juga dirusak. Sejak patroli mulai pada tahun 1995, pemancingan bom berkurang lebih daripada 80% tetapi perlindungan lebih banyak diperlukan.

Pemancingan sianida juga diawsi keras. Larutan sianida dipakai untuk menangkap ikan batu karang hidup jadi itu bisa dipamerkan atau dimakan. Maksud racun larut ini bukan untuk membunuh, hanya menenangkan ikan. Cara pemancingan ini merusak daerah karang besar. Pemancingan sianida dilakukan oleh penyelam dengan kompresor dan selang karet. Penyelam itu berenang sampai dia melihat ikan sasaran dan kemudian dia mengejar ikan itu di celah di batu karang dan menyemburkan sianida dari botol plastik. Sesudah ikan itu lemah, dia merusak karang yang mengelilingi celah dan mangambil ikan itu.

Kegiatan tradisionil seperti pemancingan kerang laut juga diancam. Kegiatan itu merusak daerah besar batu karang baru-baru ini. Banyak nelayan menggali di batu karang untuk kerang laut dan hewan tidak bertulang punggung lain. Ini adalah kegiatan tradisionil dan dulu, hanya ketimun laut diambil tetapi nilai tinggi kerang laut mengubah kegiatan ini jadi itu lebih serius.

Kalau peraturan di Taman Nasional Komodo menjadi berhasil, harus ada kerjasama antara pegawai taman, polisi, industri penangkapan ikan, tentara, angkatan laut, dan masyarakat setempat. TNC perna mengorganisasikan patroli di taman. Patroli ini termasuk penjaga hutan, angkatan laut, dan polisi. Dengan bantuan dari perahu motor cepat, patroli ini mengelilingi taman satu kali seminggu selama dua hari. Ada juga patroli tanah.

TNC juga perna melaksanakan proyek pemeliharaan ikan di Taman Nasional Komodo. Maksud proyek itu menyediakan ikan perniagaan penting untuk perdagangan ikan batu karang yang hidup. Proyek ini akan menawarkan mata pencaharian alternatif kepada nelayan di Taman Nasional Komodo dan karena proyek ini, nelayan tidak harus memakai sianida.

Bukan hanya itu TNC juga sempat mengumpulkan persediaan jenis ikan perniagaan penting untuk perdagangan ikan batu karang yang hidup. Nanti, mereka akan membangun tempat penetasan jadi orang setempat akan mempunyai anak-anak ikan dan mereka bisa membesarkannya dan menjual ikan itu.

TNC juga melaksanakan acara latihan untuk orang setempat jadi mereka bisa mengolah ikannya untuk harga yang lebih tinggi. Teknik ini termasuk pengasinan, pindang, ikan kayu, dendeng, dan ikan abon.

Produksi panggang laut adalah kegiatan yang mempunyai banyak kesanggupan untuk nelayan di Taman Nasional Komodo. Beberapa komunitas sudah meminta surat izin produksi ganggang laut dari pegawai taman. Acara latihan akan diberi kepada nelayan setempat jadi mereka bisa mempelajari kecakapan dasar produksi ganggang laut. Ahli nelayan dan petani ganggang laut akan diberi upah untuk mengajar orang kampung setempat.

Apakah cara-cara ini berhasil atau tidak, kebudayaan orang kampung Komodo akan diubah.

Iklan dan Wisatawan

Sejak The Nature Conservancy, atau TNC, menguasai Taman Nasional Komodo, ada banyak iklan. Iklan ini termasuk plakat, buku dan selebaran tentang taman itu. Juga, ada papan pengumuman, lagu dan pertunjukan golek tentang peraturan taman dan pengawetan laut. Tetapi tidak ada iklan tentang tempat bersejarah di Pulau Komodo. Misalnya, di pusat penerangan di Loh Liang, Pulau Komodo, ada tanda seperti ini:
Taman Nasional Komodo Potensi
Luas Kawasan
Flora
Fauna
Objek Wisata: Satwa Komodo, savanna dan terumbu karang.

Tentu saja, satwa Komodo adalah sebab utama para wisatawan menunjungi Taman Nasional Komodo tetapi tempat bersejarah seharusnya disebut sehingga tamu menjadi sadar tentang kebudayaan setempat. Ada banyak tempat bersejarah yang belum diumumkan. Selain tempat yang sudah disebut ada sisa arena tanding kerbau dan asalnya begini pada pendapat orang kampung Komodo:

Di pulau Komodo, pada jaman Kerajaan Goa, ada adu kerbau di sebuah arena tanding. Kerbau dari Kerajaan Goa ini paling tangguh dan tidak pernah dikalahkan oleh kerbau-kerbau dari kerajaan lain. Berita ini sudah sampai di telinga Sultan Bima dan dia datang ke Pulau Komodo untuk menyertai kompetisi itu. Sultan Bima mengambil kerbau kecil yang bernama Menta Dea ke Pulau Komodo tanpa mengendarai kapal. Dia berjalan diatas permukan laut dan membawa kerbau kerdil yang belum diberi susu oleh induknya dan haus sekali.

Hari demi hari sultan menyeberang laut dengan kerbau kerdil yang akan beradu dengan kerbau terkuat di kerajaan Goa. Semua orang di Komodo tertawa ketika mereka melihat kerbau kecil itu. Mereka berpendapat bahwa Sultan Bima gila.
Pertandingan pun berlangsung. Karena kerbau kecil itu haus sekali, dia berlari dibawah kerbau jantan itu dan mencoba minum. Kerbau Goa menjadi takut dan berlari ke hutan.

Walaupun perhatian para wisatawan pada tempat seperti ini penting, turisme sudah mengaruhi kebudayaan masyarakat kampung Komodo dengan kuat. Karena permintaan ukiran naga Komodo kayu dan perhiasan kecil lain, banyak orang membuat itu untuk memenuhi permintaan. Orang kampung mengatakan mereka senang membuat ukiran itu kalau tamu mau memembayar tetapi pendapat mereka, itu bukan bagian kebudayaannya. Walupun begitu, aspek turisme ini sudah mengaruhi kebudayaannya karena di kampung Komodo, itu adalah pekerjaan berkuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar