Dunia Pelacuran hingga kapapun akan selalu menarik untuk terus ditelusuri. Tidak hanya persoalan pelacur tapi juga sisi lain seperti perdagangan manusia, kemiskinan, korban kekerasan, korban perceraian, Broken home dan persoalan sosial lain yang juga erat dengan dunia pelacuran. Dunia pelacuran tidak hanya terdapat di perkotaan namun kini merambah wilayah pedalaman hingga desa desa. Hal inilah yang mendorong saya melakukan sebuah studi prostitusi secara teoritis bertolak dari peranan psikososial terhadap prilaku moral yang ditemukan william M. Kurtines
Dalam teorinya Kutines mengatakan individu merupakan suatu badan moral yang tindakan dan keputusannya berlangsung dalam suatu konteks sistim aturan dan peranan yang ditentukan secara sosial. (Kurtines; 1992:511)
Dalam teorinya Kutines mengatakan individu merupakan suatu badan moral yang tindakan dan keputusannya berlangsung dalam suatu konteks sistim aturan dan peranan yang ditentukan secara sosial. (Kurtines; 1992:511)
Jelajah Tempat Pelacuran
Akhir Juli 2010, aku menyelusuri satu demi satu tempat hiburan malam di wilayah pasar baru maupun Gorontalo Labuan Bajo. Malam itu seperti biasa PLN kembali memadamkan listrik, yang membuatku ingin keluar rumah. Menyelusuri Jalan Dalu Bintang Waemata hingga Santigi Karoke tempat petualangan pertamaku malam itu. Jaraknya tak Jauh dari rumahku sekitar 700 meter. Santigi Karoke tepat ditengah pemukiman warga pertamina desa Gorontalo.
Santigi Karoke nampak sepi, tempat hibuaran ini hanya diteranggi lilin yang ditempatkan di sisi ruangan. Di dalam ruangan beberapa pelacur sedang asik memainkan Handphone sementara sebagian asik duduk duduk dihalaman depan sambil membakar beberapa potongan kayu. “malam om, listrik mati didalam sedikit gelap” sapa seorang pelacur yang mengenakan pakian supermini. Dadanya nampak belahan seperti katepel. Saya dipersilakahkan duduk di sebuah kursi kayu.
“Mau minum, ya hitung hitung sambil nunggu listrik menyala” ajaknya lagi dengan sorot mata mengoda.
“oh..boleh, tapi kamu temanin ya” jawabku.
“ya iyalah om, masa tamunya ditingalin” Pelacur yang mengaku bernama Lastri itupun beranjak dari tempat duduknya menuju ke arah belakang Gedung itu.
Tak lama berselang, dua botol Bir yang sudah dalam kadaan terbuka berada didepanku. Selain Bir Lastri juga membawa dua bungkus rokok, masing masing Sampurna dan Malboro, Sebungkus rokok soempurna diberikannya padaku sementara sebungkus malboro putih diselipkannya diantara buah dada-nya, ku perkirakan sebesar dua gengam tangan orang dewasa. “ini untuk besok malam om” cetus Lastri.
Untuk 1 Botol Bir ditempat ini di jual seharga 45 ribu, sementara semua jenis rokok dijual dengan harga 20 ribu. Malam itu saya harus mengeluarkan 130 ribu. Listrik baru akan menyala jam 11 malam, jadi aku punya banyak waktu bersama Lastri.
Lastri berparas cantik, kulitnya putih, berbadan seksi, tinggi diperkirakan 168 cm, dengan ukuran buah dada lebih besar. Hal ini mungkin membuat perempuan 25 tahun ini menjadi primadona di tempat ini.
Malam itu Lastri menolak untuk di foto, namun tidak keberatan bercurhat. Pelacur asal surabaya ini mulai melacur di santigi Karoke sejak tahun 2008, berawal diajak teman yang sudah bekerja ditempat itu. “saya bertemu di Bali dan diajak ke labuan bajo, ya katanya disini lebih baik rejekinya” katanya sambil terus mengisap rokok Malboro putih kesukaan-nya.
“tapi sama saja, tetap mami (Mujikari-red) yang untung. Kami tidak digaji, kami mendapat uang dari bokingan kamar saja, tapi harus dibagi juga ke mami” ungkpanya
Lastri mengaku tarifnya untuk sekali kecan Short Time berkisar antara 200 ribu hingga 500 ribu rupiah. Untuk layanan kecan short time biasanya dilakukan di tempat yang sama, di kamar kamar pelacur yang terletak dibagian depan bangunan itu. Ukurannya tidak lebih dari 2 X 2 Meter dengan satu tempat tidur kayu dan satu buah Lemari setinggi 1 meter. “Setiap kali masuk kamar (kencan-red) saya harus membayar 50 ribu kepada Mami, sebagai sewa kamar” Ungkapnya.
Pelacur ditempat ini juga bisa diajak kecan ke Hotel. Kata Lastri biaya kecan bisa mencapai 1 juta hingga 1,5 juta, dari tarif kencan pelacur harus membayar uang Cas ke Mami sebesar 300 ribu. “Kalau ke Hotel ya biasa dari jam 9 Malam hingga pagi. Mami kebagian jatah uang cas 300 ribu” Terangnya.
**
Listrik akhirnya menyala, Lagu dangdut memecahkan kesunyian diruangan itu. Minumanku belum habis, kamipun pindah kedalam ruangan karoke, sayang kecangnya suara musik membuatku tak bisa bertanya banyak pada Lastri. Aku ditawari menyanyikan 3 lagu, ini menjadi tradisi ditempat ini setiap tamu memiliki jatah mendendangkan 3 buah lagu sebelum mic dipindahkan ke tamu lain. Saya memilih lagu pop berjudul si anggrek hitam yang di populerkan Lola Drakel dan satu buah lagu barat Paint My Love milik MLTR.
“suara sampean bagus” Puji Lastri sambil merebahkan kepalanya tepat di Bahuku.
“Ah Biasa aja” jawabku.
Lagu dangdut campur sari Remix kemudian mengalun, seorang pelacur mengenakan kaos hitam tak berlengan, kaosnya hanya menutupi bagian dada hingga sedikit bagian pusar serta rok levis mini yang hanya menutup bagian pantatnya berlengok mengikuti irama lagu. Ia terus berlengok ke kiri, memutar, sesekali ia mengelus elus pinggang hingga dada sambil menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Rambutnya yang panjang pun bergerak berlawanan gerak kepalanya. Rekan pelacur-nya memberikan tepuk tangan dan sedikit teriak histeris terutama saat saat gerkana erotis yang dipertontonkannya.
Tak seberapa lama berselang tiga orang tamu masuk ke ruangan karaoke. Kedatangan mereka langsung disambut 2 orang pelacur. Dipersilakan duduk persis bersebelahan denganku. Pelacur yang tadinya bergoyang bak Inul Daratista lantas masuk ke ruangan kasir kemudian membawa 5 buah bir dingin dan 4 buah gelas Bir. Bir dituangkan kedalam masing masing gelas, tiga buah gelas pertama di persembahkan ke tiga orang tamu sementara 2 gelas lain untuk 2 pelacur yang duduk diantara tamu.
Mataku terus tertuju pada meja disebelahku. Memperhatikan sikap manja para pelacur. “Mereka itu sudah langganan Sri dan Amel” Kata Lastri. Saya merasakan Lastri terganggu dengan sikapku yang terus memandang tingkah 3 laki-laki dan 2 pelacur disebelahku. “Mas Kok dari tadi perhatiin mereka terus. Apa aku kurang genit ya” cetusnya meminta perhatianku.
Salah satu tamu tadi menyanyikan sebuah lagu dari Pance Pondaag, suaranya kacau, seumur hidupku baru kali ini aku mendengarkan orang menyanyi dengan sangat buruk. Nada nada tinggi khas Pance dalam lagi itu dinyanyikan rendah dan sesuka hati. Beberapa kali aku protes “itu salah, ah..seharusnya naik satu ketukan lagi...” namun aku sadar saat ini sedang dalam tempat pelacuran yang berkedok karaoke. Bernyanyi dengan benar ditempat ini tidak diwajibkan, yang penting pelayanan yang didapat, bernyanyi sambil berpelukan, meneguk bir dan mendapatkan pelayanan sex.
2 Botol Bir Bintang dan satu buah Rokok Sampoerna tiba tiba saja diletakkan di mejaku, padahal aku tidak memesannya.
“ini dari Bos, Untuk mas. Katanya special, Gratis kok” jelas Lastri sambil menuangkan bir ke dalam gelas.
“ Silakan Mas” lanjutnya.
“Apa kabar, Pa” sudah dari tadi? Sendiri-kah?”. Bos Yang dijelaskan Lastri menghampiriku. Hemm Rupanya dia seorang oknum Polisi pemilik tempat Santigi Karoke yang berinisial FM
“Sudah om, sejak Listrik Mati. Sendirian saja” jawabku
“Nyanyi kah?. Mau Lagu apa” tawar FM.
FM kemudian menuju meja DJ. Tak tahu apa yang dikatakan FM, terihat DJ hanya menganggukan kepala.
“saya sudah omong DJ-nya, silakan pesan lagu kesukaannya Pak” ajak FM
“ya, Om. Terima kasih” Jawabku
Ku terus perhatikan FM, Wajahnya menujukkan kekuatiran dengan keberadaanku di tempat itu. Padahal aku bukan pejabat pemerintah yang datang memeriksa ijin operasi, bukan penarik pajak, aku juga bukan atasannya. Mungkin saja pekerjaanku sebagai Jurnalis membuatnya agak gugup. Untung saja Lastri tidak mengenaliku sehingga tanpa ragu menjawab semua pertanyaanku.
Sebotol Bir terakhir tak kuhabiskan. Kuberikan pada Lastri. FM ternyata melihatku hendak pamit ia kemudian menghampiriku.
“sudah Pa, tidak usah dibayar. Pa juga bukan siapa siapa. Santai saja” Pinta FM.
“aduh Om tidak enak jadinya”
“tidak apa apa lah, tidak seberapa juga kok. Jangan dipikirkan” ujarnya
Akupun keluar dari ruangan karaoke itu, Lastri ikut mengantarku ke Pintu depan. Kuberikan uang tip sebesar 50 ribu untuknya.
“kapan kapan datang lagi ya mas. Kita masuk kamar atau ke Hotel” ajaknya manja
Bersambung...
lanjutkan penusurannya bro, masi banyak daerah yang harus kita ungkap.
BalasHapusKalau Laboan Bajo sudah , Anda bisa naik ke ruteng . Disana juga ada beberapa cafe =) ,
maumere lebih dari 11 cafe :)
ym:basta_Cs1989 :)
Nice bag you can earn money from that
BalasHapusThanks for your posting
Visit me @
Obat Penggugur kandungan,
Jual Obat Aborsi,