Headline

1.341 Pejabat Publik Daerah Terlibat Korupsi * Bruder "Preman" Pontianak * Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal * Coffee Manggarai: Black Gold * Tradisi “Suap” dan "memburu" proyek * Kota Labuan Bajo Terus Berkembang *

Jumat, 11 November 2011

Telusur Dunia SEX Labuan Bajo (Bagian 1)


Dunia Pelacuran hingga kapapun akan selalu menarik untuk terus ditelusuri. Tidak hanya persoalan pelacur tapi juga sisi lain seperti perdagangan manusia, kemiskinan, korban kekerasan, korban perceraian, Broken home dan persoalan sosial lain yang juga erat dengan dunia pelacuran. Dunia pelacuran tidak hanya terdapat di perkotaan namun kini merambah wilayah pedalaman hingga desa desa. Hal inilah yang mendorong saya melakukan sebuah studi prostitusi secara teoritis bertolak dari peranan psikososial terhadap prilaku moral yang ditemukan william M. Kurtines
Dalam teorinya Kutines mengatakan individu merupakan suatu badan moral yang tindakan dan keputusannya berlangsung dalam suatu konteks sistim aturan dan peranan yang ditentukan secara sosial. (Kurtines; 1992:511)

Awal pelacuran di Labuan Bajo

Bunga, gambar diambil di Pub Komodo, Gorontalo
Labuan Bajo, berada di ujung barat pulau flores. Kota Labuan bajo terbagi dalam dua bagian, di sepanjang pantai dan di perbukitan. Di daerah ini hidup warga bersuku Manggarai, Timor, Bajo, Bugis dan Bima. Labuan Bajo sejak lama tersohor dengan obyek obyek wisata sebut saja Taman Nasional komodo (TNK), Batu Cermin, Batu susun, Pulau Bidadari, Pulau Kanawa, Seraya kecil, Pantai wae cicu dan beberapa tempat lain yang menarik banyak wisatawan baik domestik maupun asing datang berkunjung.


Lancarnya arus transportasi baik darat maupun udara membuat kota ibu kabupaten Manggarai Barat ini dibanjiri para pendatang dari luar Flores termasuk Para pelacur. Hijra para pelacur dari pulau Jawa ke Labuan bajo dimulai sejak tahun 1989, membuka praktek kecil kecilan secara tertutup, hingga membuka tempat praktek besar secara terbuka. Ada beberapa tempat yang sering dijadikan tempat pelacuran seperti Home Stay Kansas, di kawasan pantai pede, Losmen Sahabat, Kampung ujung, Losmen Sony, di puncak Puskesmas. Umumnya pelacur pelacur ini di berasal dari Pulau jawa dan sebagian dari Lombok, tidak ada pihak yang mengorganisir, mereka hijra secara perseorangan. Ketika merasa nyaman satu orang pelacur kemudian mengajak yang lain. Beberapa diantara mereka kini menetap di Labuan Bajo, ada yang menikah resmi dengan orang labuan bajo ada juga yang tetap menjadi istri simpanan.

Dunia pelacuran saat itu berjalan bebas dan terbuka. Tidak ada pihak yang berani menentangnya, baik itu pihak pemerintah maupun kelompok religius. Praktek inipun berjalan mulus hingga tahun 1998. Bersamaan dengan runtuhnya rezim orba pelacuran di labuan bajo kembali dilakukan secara tertutup. Tidak ada tempat khusus, Homestay Kansas koleps sejak Mami-nya meninggal dunia. Losmen sahabatpun demikian, buka prkatek secara diam diam.  

Praktek Pelacuran di Labuan Bajo sejak tahun 2003 kembali tumbuh subur bahkan menjamur seiring diangkatnya kota itu sebagai ibu kota kabupaten Manggarai Barat, hasil pemekaran Kabupaten Manggarai.  Tempat hiburan malam seperti Pub, Karoke, Bar paling banyak terdapat di wilayah Gorontalo. Wilayah yang sejak tahun 80-an menjadi tempt “keramat” kini berubah drastis menjadi kawasan perhotelan dan wilayah layanan sex.

Ruas jalan kawasan Gorontalo hampir tidak perna sepih, pada siang hari melintas para tamu hotel sementara pada malam hari berkeliaran para hidung belang dari berbagai latar belakang mulai dari ojek, pekerja birokrasi, kontraktor, oknum Polisi, TNI, Buruh Kapal.

Tempat tempat hiburan malam yang menjual servis sex ini mendapat izin operasional secara resmi dari pihak Mahpolres Manggarai Barat dan terdaftar di kantor pariwisata. Ijinan berlaku selama 3 bulan kemudian dapat diperpanjang untuk 3 bulan berikutnya.

Dalam ijinan yang dikeluarkan secara resmi tersebut para pemilik hiburan dilarang menjual layanan sex namun kenyataannya tidak demikian. Bukan menjadi sebuah rahasia lagi papan nama tempat  hiburan malam ini hanya kamuflase yang menyembunyikan praktek prostitusi besar besaran. Tempat Hiburan seperti, Santigi Karoke di wilayah Pasar baru, Pede Indah Kafe di kawasan pantai Pede, Dragon Bar and Karoke, Jayagiri Diskotik, Golontalo Beach Karoke, Mawar Jingga Kafe, Sasando Karoke, Komodo Karoke, Borgenfil Restauran and Karoke, Puri Asih PUB and karoke adalah deretan tempat hiburan malam yang menjual layanan sex.

Beberapa diantaranya milik oknum aparat keamanan dan Legislatif. Sasando Bar milik anggota DPRD Manggarai Barat, sementara Puri Asih karoke, Borgenfil karoke dan Santigi Karoke masing masing  milik oknum kepolisian Polres Manggarai Barat 

Pelacur di kawasan Gorontalo termasuk pelacur kelas bawah dengan tarif 150 ribu hingga 300 ribu rupiah untuk sekali kencan atau short time. Sementara untuk bokingan tarifnya berkisar 500 ribu hingga 1 juta.  Para pelacur ini biasanya didatangkan dari Bima, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bayuwanggi, Jember Jawa Timur, Bandung, Bogor, Manado dan Jakarta.

Masing masing Tempat hiburan memiliki jaringan khusus untuk mendatangkan para pelacur. Untuk menjaga pelanggan biasanya setiap tempat hiburan malam saling menukar pelacur, ini agar menimbulkan kesan “anak Baru”.  Para pelacur asal luar daerah mengaku lebih suka “ngetem” di Labuan Bajo, mungkin saja tarif kecan lebih tinggi ketimbang di daerah sebelumnya seperti surabaya, Jakarta, Bandung, Bali dan beberapa kota lain yang hanya dihargai 25 ribu hingga 50 ribu untuk sekali kencan.
***

3 komentar: