Di TNK : Pri-kebinatangan Lebih Tinggi Dari Pri-kemanusiaan (1)
Wisatawan berkumjung ke Perkampungan Komodo
Di tengah nusantara Indonesia, di perbatasan propinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, ada pulau kecil yang istimewa dan namanya Pulau Komodo. Setiap tahun, beribu-ribu wisatawan mengunjungi pulau itu karena satu sebab saja; mereka mau melihat kadal terbesar di seluruh dunia, naga Komodo atau ‘ora’ dalam bahasa setempat.
Karena penghasilan yang didapat oleh naga Komodo, pemerintah Indonesia dan pegawai Taman Nasional Komodo menetapkan banyak peraturan untuk melindungi satwa jenis tersebut. Di Indonesia jarang sekali ada situasi dimana perlindungan jenis binatang menjadi prioritas yang lebih tinggi daripada penyejahteraan komunitas. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar dan tingkat ekonominya rendah jadi biasanya, kepentingan masyarakat lebih penting. Tetapi situasi ini berbeda.
Komunitas yang menderita adalah masyarakat kampung Komodo. Sementara peraturan Taman Nasional itu menjadi lebih keras, kebudayaannya terancam. Ancaman utama adalah peraturan itu, kekurang perhatian para wisatawan dan minimnya iklan mengenai tempat bersejarah Pulau Komodo, konflik dengan agama, struktur pendidikan, dan pengaruh kebudayaan orang yang berpindah-pindah. Akibatnya, hubungan karib antara orang kampung dengan naga Komodo dan juga bahasa, dongeng-dongeng, serta cara hidup yang unik mungkin akan hilang selama-lamanya. Tulisan ini tidak untuk menjawab pertanyaan ‘Apa yang lebih penting, kebudayaan masyarakat/Ecosoc Rights atau perlindungan jenis binatang unik?’ Pertanyaan itu terlalu sulit dan kita tidak harus memilih satu saja. Sebaliknya, saya akan menjelaskan bagaimana Budaya masyarakat kampung Komodo terancam, kepentingannya, dan bagaimana itu bisa terlindungi jadi di masa depan, kedua belah pihak yaitu naga Komodo dan orang yang bersama-sama memakai pulaunya bisa meneruskan hidupnya dalam keselarasan.
Jadi, selain kadal terbesar, mengapa Pulau Komodo menarik? Ada salah satu sebab. Daerah Pulau Komodo hanya memiliki luas 33.937 ha. Itu bagian Taman Nasional Komodo yang terletak diantara pulau Sumbawa dan Flores, dan termasuk Komodo, Rinca, Padar, dan banyak pulau kecil. Ukuran total taman itu adalah 173.000 ha, 40.728 ha darat dan 173.300 ha laut.
Daerah Taman Nasional Komodo berkembang dengan gunung berapi dan walaupun tidak ada yang hidup sekarang, kebanyakan tanah di taman itu tidak datar. Komodo Barat terbentuk selama masa Jurassic kira-kira 130 juta tahun yang lalu dan Komodo Timur, Rinca, dan Padar terbentuk kira-kira 49 juta tahun yang lalu selama masa Eocene. Tinggi tanah mulai dari permukaan laut sampai 735 m di atas permukaan laut. Puncak yang paling tinggi adalah Gunung Satalibo di Pulau Komodo. Taman Nasional Komodo dikeliling oleh lingkungan laut yang paling subur. Terdiri dari 260 jenis karang gosong, 70 jenis bunga karang, cacing laut, kerang-kerangan, binatang berkulit keras, ikan tulang rawan dan yang banyak tulangnya, binatang melata laut, ikan lumba-lumba, ikan paus, dan dugong.
Ekosistem buminya juga istemewa. Ekosistem ini dipengaruhi oleh iklim musim kering yang lama, suhu tinggi, dan curah hujan rendah. Taman itu terletak di daerah peralihan dan ada terdapat binatang serta tumbuhan yang berasal dari benua Australia dan Asia. Ekosistem bumi termasuk padang rumput yang sangat luas, hutan tropis, dan hutan rawan.
Beberapa jenis binatang bumi di Taman Nasional Komodo adalah endemsi. Ada binatang menyusui yang berasal dari Asia, misalnya: rusa, babi, monyet, dan musang, dan ada jenis binatang melata dan burung yang berasal dari Australia. Jenis ini termasuk kakatua.
Tentu saja, Pulau Komodo terkenal karena binatang melatanya. Ada dua belas jenis ular bumi di Pulau Komodo yang termasuk kobra dan ular berbisa pohon hijau. Jenis kadal termasuk skink, tokek, kadal tanpa dahan, dan kadal monitor, dan jenis katak termasuk katak betung Asia.
Tetapi binatang melata yang paling terkenal di pulau itu adalah naga Komodo (Varanus komodoensis). Panjang Komodo jantan bisa mencapai 3.13 meter dan beratnya lebih daripada 70 kilogram. Sedangkan yang betina jarang lebih daripada 2.5 meter tetapi keduanya bisa hidup selama 50 tahun dan berat badan yang paling berat setelah Komodo tersebut berusia lima belas tahun.
Naga Komodo adalah jenis kuno dan nenek moyangnya hidup 100 juta tahun yang lalu. Jenis varanid berasal antara 25 dan 40 juta tahun yang lalu di Asia dan naga Komodo berasal dari jenis ini lebih daripada empat juta tahun yang lalu. Kadal ini memakan bangkai dan binatang lain. Kadal tersebut bisa berlari dengan kecepatan 20 kilometer sejam dalam waktu pendek dan dia biasanya menunggu sambil melakukan penyamaran di dekat jalan yang sering dilalui oleh binatang yang muda, tua, atau sakit. Kemudian, Komodo itu menyerang dengan cepat dan menggigit mangsanya. Mangsa itu jarang mati dengan segera, sebaliknya, mereka lari dan tidak lama kemudian mati karena keracunan darah. Ada bakteri yang bisa membinasakan dari air liur Komodo dan air liur tersebut didapat dari sekali memakan daging bangkai. Komodo dewasa bisa memakan mangsa yang beratnya 80% dari berat badannya dalam sekali telan dan mangsa tersebut biasa terdiri dari rusa, babi, kerbau, ular, binatang menyusui kecil, dan naga Komodo lain.
Tidak ada banyak informasi tersedia tentang sejarah purbakala masyarakat di Pulau Komodo. Hanya beberapa benda dan kuburan ditemukan. Mereka warga negara Kesultanan Bima, tetapi karena pulau itu jauh sekali dari Bima, urusannya kurang diperhatikan oleh Kesultanan itu.
Masyarakat Pulau Komodo mungkin datang beberapa ratus tahun yang lalu, terutama dari Sumbawa Timur. Ada pendapat bahwa Kesultanan Bima membuang orang ke pulau berbahaya itu tetapi mereka membangun kampung kecil yang masih ada. Namanya kampung Komodo.
‘Pada tahun 1999, ada 281 keluarga dan 1.169 orang di kampung Komodo. Jumlah penduduk yang tinggal di Taman Nasional Komodo sekarang adalah 3.267. Taman Nasional Komodo disusun pada tahun 1980 dan ditujukan sebagai Warisan Alam Dunia, dan Tanah Manusia serta Biosefer oleh UNESCO pada tahun 1986. Taman itu disusun semula untuk melindungi naga Komodo dan sejak itu, cita-cita pelindungan diperluas untuk termasuk bioperbedaan seluruhnya, di kedua laut dan tanah.
Ini adalah sejarah Taman Nasional Komodo menurut kantor informasi di Loh Liang, Komodo: 1911 Penemuan Komodo oleh J.K.H Van Steyn 1912 Pemberian nama ilmiah Varanus Komodoensis oleh P.A. Owens 1912 SK. Sultan Bima tentang perlindungan Komodo 1926 SK. Pemda Manggarai perlindungan Komodo 1930 SK. Residen Flores perlindungan Komodo 1931 Komodo Tercantum dalam daftar satwa yang mutlak dilindungi dalam UU. Perlindungan binatang liar. 1938 Pembentukan Suaka Marga Satwa P. Rinca dan P.Padar 1965 Pembentukan Suaka Marga Satwa P. Komodo 1980 Pembentukan Taman Nasional Komodo 1991 Penunjukan sebagai Warisan alam dunia oleh UNESCO 1992 Komodo sebagai satwa nasional kepres No.4 Tahun 1992
Pada tahun 2000, rencana pimpinan Taman Nasional Komodo diakui oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. The Nature Conservancy (TNC), lembaga swasta masyarakat lingkungan yang terbesar di Amerika Serikat, dan pedagang yang berasal dari Malaysia, Feisol Hashim, akan menguasai Taman Nasional Komodo selama 25 tahun. Mereka mau melindungi lingkungan setempat dengan hasil turisme yang akan diperbaiki.
‘Perusahaan swastanya, Putri Naga Komodo, menguasai enam posisi di dewan pimpinan dan hanya ada dua untuk wakil pemerintah. 60% perusahaan itu dimilik oleh TNC.
Putri Naga Komodo menanam kira-kira dua juta dolar AS setahun untuk taman tersebut, hampir 100 kali anggaran belanja sebelumnya. Meskipun itu, masih ada persoalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar