Headline

1.341 Pejabat Publik Daerah Terlibat Korupsi * Bruder "Preman" Pontianak * Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal * Coffee Manggarai: Black Gold * Tradisi “Suap” dan "memburu" proyek * Kota Labuan Bajo Terus Berkembang *

Senin, 07 November 2011

Perusahaan Pertambangan Incar NTT


Kedaulatan ekonomi Nusa Tengara Timur (NTT) telah direnggut pemodal asing. Mereka datang untuk ekspansi bisnis pertambangan. Informasi seputar kedatangan modal asing itu pun jauh dari pantauan publik. 3D Resources Limited Pte mengumumkan ekspansi bisnis ke otoritas bursa Australia. (ASX.AU, 20/3). 3D telah melakukan MoU mengakusisi tambang mangan di Timor Barat dan memproduksi mangan pada 2011. Killara Resources PTY Ltd mengumumkan kepada otoritas bursa Australia, anak usaha perseroan, Winchester Resoruces Limited telah mengakuisisi 80 persen konsesi tambang mangan di Blok A CSA, Kabupaten Belu-NTT.

Parit Uji di lokasi pertambangan Emas batu Gosok, Manggarai Barat, NTT
Harian Umum Timor Express, 24 May 2011, memberitakan sedikitnya 22 perusahan asing mengincar NTT. Hampir semuanya  mengantongi izin Pemerintah Pusat (Pempus) untuk berinvestasi di Provinsi NTT. Berdasarkan data BKPM tahun 2010 hingga Semester I 2011, terdata 22 perusahaan asing mengincar 10 kabupaten/kota di NTT sebagai lahan investasi dengan bidang usaha yang bervariasi. Perusahaan meliputi pertambangan biji besi mangan (Kota Kupang), pertambangan biji mangan dan industri pembuatan logam dasar bukan besi (Kabupaten Kupang), jasa pertambangan (Timor Tengah Selatan), pertambangan pasir besi (Ende), jasa pertambangan (Timor Tengah Utara) dan pertambangan emas (Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat).


Pada Semester Pertama 2011, sedikitnya delapan perusahaan asing yang berencana investasi diantaranya; PT. Khanija Natural Resources dan PT. Core Natural Resources dari Singapura dan India, yang akan berinvestasi di Kabupaten Manggarai Timur. Perusahaan ini akan menggeluti bidang usaha jasa pertambangan dan perdagangan besar. Kedua perusahaan ini memiliki nilai investasi US$1,5 juta, dengan dukungan 50 tenaga kerja Indonesia dan 14 tenaga asing.

Tidak ketingalan PT. Kawasaka Heavy Industrien Indonesia dari Korsel-pun, berencana investasi di Kabupaten Kupang, pada bidang usaha pertambangan mangan dengan rencana investasi US$50 juta. Perusahaan ini akan merektur 253 tenaga kerja. Sedangkan PT. Carisma Minerals dari Australia akan berinvestasi di Kabupaten Flores Timur, pada bidang jasa pertambangan dan perdagangan besar. Investasi perusahaan ini senilai US$1 juta

Pertanyaannya adalah mengapa modal asing terutama Cina sangat antusias berinvestasi ke NTT? Banyak fakta bertebaran di ruang publik seputar kedigdayaan modal asing. Modal asing memiliki ambisi mengontrol kekayaan di daerah-daerah yang kaya sumber daya alam. Caranya melalui state capture alias teknik menyandera aparat pejabat publik dengan uang suap. State capture makin mulus di tengah sistem politik uang pada tingkat daerah. Untuk itu, pemerintah harus menggadaikan kekayaaan daerah kepada investor tambang.

Mereka bagaikan simbiosis mutualisme yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pebisnis memiliki kepentingan mengakumulasi modal, sementara elite-elite kekuasaan berkepentingan melanggengkan kekuasaan. China memiliki kepentingan besar di NTT. Di China, mangan menempati posisi sentral dalam sektor industri. Mangan adalah kompenen penting untuk pencampuran baja. Besi baja sebagai salah satu back bone industrialisasi di China. Berdasarkan data Rocstill Mettal (2008), hampir 90 persen biji mangan digunakan untuk metalurgi, yaitu proses produksi besi-baja.

Sementara sisanya digunakan untuk produksi baterai kering, keramik, dan gelas. Meningkatnya permintaan mangan ditambah persaingan geo-politik global (China-AS), memberi ruang leluasa bagi pemodal asing khususnya Cina melakukan ekspansi ke NTT. Pemodal asing seperti Cina tidak mempersoalkan uang. Uang bagi mereka mudah diakses. Hal yang paling penting adalah mengamankan posisi tawar global dan mengalahkan pesaingnya, seperti AS, India, dan Jepang.

Mantan Bupati Mabar WF Pranda di lokasi Pertambangan Emas Batu Gosok, Mabar, NTT. "Pertambangan membawa kesejahteraan untuk Rakyat. Menolak Tambang berarti menolak PANCASILA" kata WP Pranda
NTT yang lapar investasi dan membutuhkan uang untuk biaya pembangunan dengan muda menyerahkan kekayaan alam daerahnya ke tangan pemodal asing. Dalam  NTT Online, 10 February 2011, Wakil Gubernur NTT Esthon Foenay menegaskan mangan telah menjadi salah satu sumber rejeki bagi masyarakat NTT. "Patut dibanggakan mangan sebagai salah satu potensi mineral yang memberikan banyak manfaat, dan akhir-akhir ini menjadi salah satu sumber rejeki," Tegas Foenay seperti dikutip NTT Online

Eston mengatakan, sebagai sumber rejeki, investasi mangan telah manfaat positif baik dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah. Investasi mangan mampu menyerap banyak tenaga kerja dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Prospek mangan menurut Foenay sangat menjanjikan ke depan NTT. Politisi Stanis Tefa berkata lebih ekstrem. Stanis mengungkapkan, tanpa pertambangan, NTT bubar. (Timex, Jumat, 11 Feb 2011)

Di wilayah Manggarai Barat, mantan Bupati Fidelis Pranda pada zaman kekuasaannya selalu memberikan ilusi ilusi tentang “kemakmuran” dan “kesejahteraan” dari eksploitasi kekayaan alam yang dikeruk dari Bumi Manggarai Barat. Aliran devisa, penyediaan lapangan kerja, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mempercepat pembangunan Manggarai Barat serta mengurangi kemiskinan adalah mantra setan yang digulirkan secara terus menerus untuk menghegemoni rakyat bahwa kehadiran industri pertambangan mutlak dibutukan. Sehingga yang menolak tambang berarti juga menolak PANCASILA (Chelluz, wartasemesta.com, 15 April 2011)

Rakyat Terus Menolak Tambang

Perlawanan rakyat akan terus membayangi investasi. Gerakan anti-tambang bukan anti-kemajuan. Mereka adalah elemen masyarakat kelas menengah yang paham benar akan baik-buruknya modal asing dan investasi pertambangan. Gerakan ini sudah banyak diakomodasi para pemimpin gereja, uskup, pastor, dan biarawan. Pemimpinpemimpin gereja telah mengambil opsi jelas pro-poor. Sekarang tinggal pemerintah, apakah terus intoleran terhadap sikap penolakan massa rakyat atau memilih tetap “seatap” dengan para investor tambang?
Pertanyaannya adalah bagaimana melawan modal asing ke NTT? Modal asing bukan berkat. Modal asing adalah ancaman yang harus diwaspadai. Untuk itu, gerakan kontratambang dari berbagai elemen masyarakat di NTT perlu diperkuat. Gerakan perlawanan ini penting agar pemerintah responsif terhadap tuntutan keadilan sosial. Pemerintah daerah diharapkan tidak menutup mata buat rakyat dan membelalak melihat investor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar