Pewaris Seni Etnik |
Pendidikan seni tradisi etnik kurang mengenal perkembangan mutakhir seni modern, sehingga perhatian terhadap pengembangan ilmu seni tersebut di Indonesia terutama di NTT masih belum memadai. Kondisi itu menyebabkan kesejajaran mutu ilmiah antara seni modern dan seni etnik belum tercapai hingga saat ini
Selama ini penyelenggaraan pendidikan tinggi seni di Indonesia, baik Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan (LPTK) maupun non-LPTK, serta Pendidikan Seni SMU cenderung menggunakan paradigma yang berorientasi pada kesenimanan. Pendidikan tinggi seni di Indonesia masih belum sepenuhnya memperhatikan lulusan yang dipersiapkan untuk menjadi pengkaji, pengelola, penyaji, dan guru seni.
Pilihan paradigma tersebut memang bukan merupakan kesalahan, tetapi bisa mengakibatkan pelaksanaan pendidikan yang ada menjadi kurang atau tidak komprehensif serta taksonomi ilmu-ilmu seni dan aspek metodiknya berada dalam posisi yang tidak seimbang. Padahal untuk mencapai proses pendidikan yang komprehensif, hubungan antara kompetensi dan materi pembelajaran atau taksonomi ilmu-ilmu seni serta metode pembelajarannya masing-masing hendaknya memperoleh porsi yang seimbang.
Kekurang seimbangan tersebut mengakibatkan pendidikan seni cenderung mengedepankan sifat monokultural. Salah satu akibat yang mudah diamati adalah munculnya polarisasi antara seni modern barat di satu sisi dan seni tradisi etnik di sisi lain sebagai orientasi utamanya. Interaksi keduanya belum muncul sepenuhnya dalam penyelenggaraan pendidikan seni di Indonesia
Kampus tanpa seni adalah kebun binatang, yang merupakan bukti bahwa kebutuhan akan berekspresi dan berkesenian semakin tinggi. Hidup tanpa seni sama saja dengan sayur tanpa garam. Sungguh sayang, keberadaan seni di Indonesia belum memasuki tahap pokok. Seni masih merupakan sampingan, bukan prioritas utama dan belum menjadi 'nasi' bagi sebagian masyarakat.
Padahal, tanpa seni dan budaya hidup terasa hambar dan Indonesia tidak akan dikenal secara internasional. Mari kita lestarikan warisan-warisan asli Indonesia khususnya NTT agar tetap ada sampai berjuta generasi yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar