Headline

1.341 Pejabat Publik Daerah Terlibat Korupsi * Bruder "Preman" Pontianak * Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal * Coffee Manggarai: Black Gold * Tradisi “Suap” dan "memburu" proyek * Kota Labuan Bajo Terus Berkembang *

Rabu, 28 Desember 2011

Ekowisata : Solusi Permasalahan Lingkungan dan Budaya



….bagi wisatawan, kawasan wisata danau Sano Nggoang tidak hanya memberikan nilai keidahan alam, kondisi hutan yang masih alami akan tetapi jauh hal yang lebih berkesan adalah nilai keramah-tamahan masyarakat menyambut dan berinteraksi dengan wisatawan. Kesan ini terlihat dalam penelitian tingkat kepuasan terhadap wisatawan bahwa keramah tamahan masyarakat merupakan hal yang sangat disukai…”

Kabupaten Manggarai Barat sebagai destinasi ekowisata unggulan tidak hanya memiliki Taman Nasional Komodo yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO akan tetapi kekayaan potensi wisata alam dan budaya yang sangat beranekaragam mempunyai peluang besar untuk dikembangkan. Keindahan biota laut dengan benjolan-benjolan pulau-pulau kecil menjadi ciri khas Pulau Bunga ini. Tidak hanya itu, kekayaan potensi wisata Manggarai Barat berupa atraksi budaya, keanekaragaman hayati seperti; atraksi tarian caci yang menampilkan nilai kejantanan bagi pemainnya, kawasan hutan Mbeliling dengan kekhasan tiga burung endemik Flores seperti Kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), Serindit Flores (Loriculus Flosculus), dan Gagak Flores (Corvus Florensis) serta kawasan wisata Danau Vulkanik Sano Nggoang yang merupakan Danau Vulkanik terbesar di kawasan wisata Indonesia Timur.

Dari aspek syarat pengembangan destinasi wisata, Manggarai Barat tidak hanya menyimpan potensi wisata, akan tetapi merupakan akses sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Pulau Flores sebelum menikmati kegiatan wisata overland flores seperti mengunjungi Kampung Tradisional Waerebo, Bajawa dengan Rumah adat Bena dan danau kelimutu dengan tiga warnanya. Hal ini karena Manggarai Barat mempunyai aksesibilitas yang cukup memadai serta amenities berupa sarana akomodasi, restoran serta fasilitas wisata lainnya.

Konsep Ecotourism telah diperkenalkan di Amerika dan Eropa sejak tahun delapan puluhan, namun Ecotourism yang kemudian dikenal sebagai ekowisata baru diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1995. sejak tahun itu telah tercatat puluhan seminar, lokakarya dan pertemuan-pertemuan yang membahas mengenai konsep, definisi, prinsip maupun implementasi Ekowisata. Namun hingga saat ini masih terus diperdebatkan mengenai definisi, prinsip maupun contoh-contoh keberhasilan implementasi dari ekowisata di Indonesia.

Dilihat dari makna dasar, kata ekoiwsata dapat dijabarkan sebagai berikut, Eko yang dalam bahasa Greek (Yunani) berarti Rumah, dan Tourism yang berarti wisata atau perjalanan. Pengertian selanjutnya oleh beberapa ahli kata Eco dapat diartikan sebagai Ecologi atau Economi sehingga dari dua kata tersebut akan memunculkan makna Wisata ekologis (Ecological Tourism) atau Wisata Ekonomi (Economic Tourism) dan hal ini masih terus diperdebatkan oleh para ahli mengenai makna dari kata dasar tersebut.

Danau Sanonggoang
Untuk lebih jelas mengenai beberapa pendapat para ahli ecotourisme sebagai pengayahan pengertian kita tentang ekowisata, akan dijelaskan sebagai berikut : Ceballos-Lascurain dalam Buku Ekowisata Prinsip dan Kriteria : 2003 mendefinisikan bahwa ekowisata : Perjalanan ke tempat-tempat alami yang relative belum terganggu dan terpolusi, dengan tujuan spesifik untuk belajar, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dengan tumbuhan dan satwa liarnya serta budaya yang ada di tempat tersebut. Sedangkan The International Ecotourism Society dalam buku yang sama mendefinisikan :  Ecotourism sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab ke tempat-tempat alami, yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Ekowisata tidak hanya sekedar konsep dalam dunia pariwisata, akan tetapi ekowisata merupakan solusi terhadap kerusakan lingkungan, pudarnya nilai budaya dari dampak pariwisata massal (mass tourism). Prinsip dan pengembangan ekowisata lebih menekankan terhadap ; 1) nilai pelestarian lingkungan serta budaya kehidupan masyarakat lokal, 2) nilai pendidikan yang dapat memberikan pengetahuan bagi wisatawan dan masyarakat, 3)nilai pariwisata yang dapat memberikan kesenangan dan hiburan serta peningkatan ekonomi masyarakat lokal dengan terbukanya lapangan pekerjaan.  

Dari sisi pasar, merebaknya isu lingkungan ke dalam berbagai sendi kehidupan manusia dan dinamika global yang terbuka pada pluralisme dan multikulturalisme, membawa implikasi terhadap wawasan berwisata dari wisatawan. Dalam dua dekade terakhir ini tengah berlangsung pergeseran nilai, minat dan perferensi berwisata dikalangan wisatawan global. Laporan yang dikeluarkan World Tourism Organization (WTO) tahun 1990 menunjukkan adanya kecendrungan dan perkembangan baru dalam dunia kepariwisataan yang mulai muncul pada tahun 1990-an.

Kecendrungan ini ditandai oleh berkembangnya gaya hidup dan kesadaran baru akan penghargaan yang lebih terhadap nilai-nilai hubungan antar manusia dengan lingkungan alamnya. Perkembangan baru tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk-bentuk keterlibatan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan di luar lapangan (out-door), keperdulian akan permasalahan ekologi dan kelestarian alam, kemajuan akan ilmu pengetahuan dan pendidikan, penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai estetika, kebutuhan pengembangan diri/pribadi serta keinginan untuk berinteraksi secara mendalam dengan masyarakat.

Kawasan Wisata Danau Sano Nggoang Sebagai Potensi Ekowisata
Danau Vulkanik Terbesar di Kawasan Wisata Indonesia Timur Danau Sano Nggoang merupakan Monumen Alam “Natural Monument”. Danau berwarna hijau jernih, seluas tiga km2 ini merupakan danau terbesar di Flores bahkan merupakan danau vulkanik terbesar di kawasan Indonesia Timur. Pemandangannya sangat indah, menjadi tempat hidup komunitas invertebrata besar (macro-invertebrate) yang khas dengan kedalaman danau mencapai 600 m.

Danau Sano Nggoang berada di kelompok hutan Sesok (RTK 02) yang terletak di sebelah atas kampung Nunang. Kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan Hutan Produksi Terbatas ini memiliki arti penting bagi keanekaragaman hayati. Kawasan ini merupakan lokasi ditemukannya Kehicap Flores (Monarcha Sacerdotum) dan sangat kaya akan burung-burung endemik Nusa Tenggara, seperti Gagak Flores (Corvus florensis), Elang Flores (Spizaetus Floris), Celepuk Wallace (Otus silvicola) dan Opior paruh-tebal (Heleia crassirostris). Di Manggarai Barat, Danau Sano Nggoang merupakan bagian atraksi wisata unggulan selain Taman Nasional Komodo sebagai pilihan wisatawan yang tidak hanya menikmati keindahan danau vulkanik akan tetapi nilai edukasi dengan menikmati keanekaragaman hayati, atraksi minat khusus Birdwatching, Trekking serta kehidupan masyarakat lokal (living culture).

Keunikan Budaya Masyarakat Manggarai
Budaya keramahtamahan masyarakat, pelayanan yang hangat menjadi motivasi wisatawan untuk mengunjungi danau Sano Nggoang. Bagi masyarakat sekitar danau, ritual budaya masyarakat Manggarai masih tetap mereka lakukan walaupun tidak bisa dipungkiri perkembangan zaman dan akulturasi budaya luar telah memberikan dampak terkikisnya nilai-nilai budaya dalam kehidupan mereka. Budaya Curu merupakan budaya masyarakat Manggarai yang digunakan untuk menyambut tamu agung/baru di pintu masuk kampung. 

Para tamu akan diarak dengan budaya Ambong. Sesampainya di dalam rumah, para tamu akan disambut dengan budaya ”Kapu” merupakan budaya masyarakat Manggarai yang digunakan untuk menyambut tamu agung/baru dalam rumah dengan menggunakan ayam jantan putih sebagai simbol rasa keikhlasan hati dan rasa kekeluargaan masyarakat Manggrai, Toak (local wine) yang menyimbolkan hidangan untuk diminum para tamu untuk menghilangkan rasa lelah dan dahaga setelah berjalan jauh dan yang terakhir uang yang diberikan oleh tamu sebagai ungkapan doa kepada Tuhan atas arwah nenek moyang yang telah meninggal. 

Budaya ini bagi wisatawan merupakan sesuatu yang baru dan unik, sehingga mereka secara tidak langsung dapat mempelajari budaya dan keseharian masyarakat Manggarai. Di kawasan wisata Danau Sano Nggoang, wisatawan juga dapat melihat atraksi budaya tarian Caci yang merupakan tarian budaya Manggarai yang dimaikan oleh empat orang laki-laki sebagai simbol menunjukkan kejantanan dan nilai seni. Bagi masyarakat Manggarai, tarian Caci pada zaman dahulu digunakan untuk ritual upacara keagamaan, pernikahan dan pembukaan ladang baru. Akan tetapi dengan adanya perkembangan pariwisata, tarian Caci sudah mulai ditampilkan untuk atraksi wisatawan. Akan tetapi, atraksi tarian Caci ini hanya dapat ditemukan ditempat tertentu saja.

Atraksi Minat Khusus (Special of interest)
Hutan disekitar kawasan wisata Danau Sano Nggoang menyimpan berbagai macam jenis keanekaragaman hayati dan tumbuh-tumbuhan. Salah satunya adalah jenis obat-obatan tradisional (nature apotek) yang sering digunakan oleh masyarakat lokal untuk pengobatan mulai dari obat malaria, demam, infeksi sampai dengan obat untuk kesehatan ibu hamil. Wisatawan akan dipandu oleh guide lokal untuk memetik secara langsung dan meramu ramuan-ramuan tradisional yang berada di sekitar danau. Tradisional SPA, luluran di air belerang bagi wisatawan merupakan hal yang sangat menarik. Selain untuk mengobati penyakit kulit dengan kekhasan air beleran wisatawan juga dapat merebus singkong atau telur langsung di kolam-kolam kecil yang terdapat di pinggir danau. Kadar air ada yang 370 CC sampai dengan 1000 CC. Sammbil menikmmati sun set, wisatawan juga dapat berkuda mengelilingi danau Sano Nggoang dengan ditemani oleh pemandu. 

Pengalaman yang luar biasa untuk dipelajari tentang budaya dan kehidupan masyarakat Manggarai. Kegiatan pertemua, outbound training yang ngetren disebut (MICE), kawasan wisata Danau Sano Nggoang merupakan tempat yang sangat representatif untuk digunakan. Kawasan yang tenang, pemandangan alam yang menakjubkan, ruang fasilitas pertemuan yang memadai dan harga yang relatif terjangkau memberikan daya tarik tersendiri untuk mengadakan kegiatan di kawasan wisata Danau Sano Nggoang.

Menikmati Indahnya Malam di Danau Sano Nggoang
Bermalam di kawasan Danau Sano Nggoang memberikan pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Suana tenang dengan pemandangan hutan yang masih alami dan tentunya hamparan Danau Sano Nggoang. Wisatawan akan bermalam di homestay yang sudah disediakan oleh masyarakat. Senyum, keramah tamahan masyarakat serta menu masakan lokal menjadi hidangan bagi wisatawan ketika bermalam di homestay masyarakat. Wisatawan dapat berinteraksi secara langsung bersama masyarakat walaupun kemampuan bahasa Inggris mereka masih terbatas. Akan tetapi rasa antusias masyarakat untuk selalu belajar kunjungan wisatawan bagi mereka merupakan wahana belajar untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan pelayanan terhadap wisatawan. Di malam hari, biasanya masyarakat mengajak para tamu mereka untuk pengamatan burung ataupun melihat tikus raksasa (becok) atau sekedar belajar budaya masayarakat Manggarai. Paket menginap di homestay permalam Rp. 250.00,-/per pax sudah termasuk makam 3 kali per hari dan guide lokal dan porter. Bila dibandingkan dengan Labuan Bajo, harga ini cukup murah karena fokus awal dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan wisata Danau Sano Nggoang adalah peningkatan keahlian dan motivasi masyarakat.

Aksesibilitas Menuju Kawasan Wisata Danau Sano Nggoang
Untuk saat ini, perkembangan aksesibilitas menuju Labuan Bajo sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Pulau Flores sudah sangat baik. Wisatawan sudah dapat mengakses penerbangan setiap hari dari Denpasar-Labuan Bajo. Permasalahan kebutuhan akses informasi berupa internet sebagai media utama dalam pelayanan pariwisata sudah dapat terlayani dengan adanya layanan speedy. Sarana akomodasi sudah tersedia mulai dari hotel berbintang, bungalow sampai dengan melati. Perkembangan fasilitas wisata ini setidaknya memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.

Akses menuju kawasan wisata Danau Sano Nggoang dari Labuan Bajo hanya berjarak 58 km. Wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda empat atau dua dengan menggunakan jasa angkutan sarana wisata yang disediakan di Labuan Bajo. Harga sewa kendaraan roda empat Rp. 800.000,-/per hari dan kendaraan roda dua Rp. 75.000,-/per hari. Bila dibandingkan dengan Pulau Bali atau Lombok relatif lebih mahal, hal ini disebabkan karena kondisi medan yang cukup sulit ketersediaan bahan-bahan peralatan mobil yang terbatas. Kondisi jalan trans Flores dari Labuan Bajo sampai pertigaan Bambor sudah sangat baik dengan kualitas jalan beraspal. Sedangkan jalan pedesaan dari pertigaan Bambor masih butuh banyak perbaikan karena masih banyak jalan rusak dan belum diaspal.

Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat membutuhkan kesabaran dan keonsisten oleh semua pihak terutama kesabaran dalam mendampingin dan tetap menjaga moment rasa semangat masyarakat lokal untuk melakukan perubahan kepada yang lebih baik. Flores sebagai destinasi pariwisata unggulan mempunyai peluang yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat. Semoga kawasan wisata Danau Sano NGGoang akan tetap Menyala sesuai dengan maknanya dan akan memberikan penghidupan bagi masyarakat sekitar dan kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar