Headline

1.341 Pejabat Publik Daerah Terlibat Korupsi * Bruder "Preman" Pontianak * Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal * Coffee Manggarai: Black Gold * Tradisi “Suap” dan "memburu" proyek * Kota Labuan Bajo Terus Berkembang *

Selasa, 28 Mei 2013

Petani Kopi Bajawa Kesulitan Modal

Proses panen dan pengolahan kopi di Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terganggu. Hal itu karena dana untuk membayar biji kopi hasil panen dari tangan petani belum siap.
Nela, warga Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur,
memanen biji kopi di halaman rumahnya,
Modal untuk kebutuhan pembayaran kopi ini persoalan klasik yang dialami Gabungan Kelompok Tani dan Koperasi Serba Usaha Fa Masa di Desa Beiwali. Padahal, produk kopi yang dihasilkan itu diekspor ke Amerika Serikat melalui pihak lain.
”Saat ini sebenarnya sudah masuk masa
panen, tapi belum diolah. Kalau belum ada modal, bagaimana membayar kopi dari petani?” ujar Laurensius Soi Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktani) Fa Masa, Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagaimana dikutip kompas
Pada musim panen kopi 2011, modal ini dikumpulkan melalui pinjaman dari Pemerintah Kabupaten Ngada sebesar Rp 100 juta dan Pemerintah Provinsi NTT sebesar Rp 200 juta. Pada 2012, modal diperoleh dari pinjaman Pemerintah Kabupaten Ngada sebesar Rp 100 juta dan pihak lain sebesar Rp 70 juta.
Tahun lalu, modal Rp 170 juta hanya bisa digunakan untuk membeli 32 ton kopi dari petani dan memprosesnya. Laurensius memperkirakan, pada musim panen tahun ini kebutuhan modal mencapai Rp 500 juta, untuk memenuhi target membeli kopi gelondong sebanyak 100 ton dari petani. Kopi gelondong berupa biji kopi merah yang masih basah, dibeli dari petani sebesar Rp 5.000 per kilogram.
Untuk mengatasi kesulitan modal, Gapoktani Fa Masa memutuskan untuk mengajukan kredit ke bank tahun ini. Proses pengajuan kredit ke PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) sedang dilakukan, dengan memenuhi berkas-berkas yang disyaratkan. ”Syaratnya antara lain agunan, berupa sertifikat tanah,” ujar Laurensius.
Mantan Ketua Gapoktani Fa Masa Vinsensius Loki mengatakan, dengan modal yang cukup, kemampuan untuk menyerap kopi petani semakin besar. Tahun lalu, target 100 ton kopi gelondong gagal dipenuhi akibat keterbatasan modal ini. Tahun ini, panen kopi Kelompok Tani Fa Masa diprediksi bagus, yakni sekitar 700 kilogram per hektar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar